BeritaMantap.com -
Christopher Patrick Nelson, warga negara AS keturunan Irlandia, masuk Islam ketika ia berusia 26 tahun. Sebelumnya, lelaki yang menganut agama Kristen ini pernah mempelajari berbagai keyakinan mulai dari Jainisme, ajaran Budha, Hindu, untuk menyembuhkan "penyakit"nya.
Sampai  akhirnya ia menemukan Islam dan memutuskan untuk menjadi seorang  muslim. Ia mengakui Nabi Muhammad Saw sebagai model dari sebuah  kehidupan spiritual yang komprehensif, dan Islam telah menyelamatkannya  dari "penyakit kejiwaan" yang dideritanya serta membuatnya merasa  menemukan jiwanya yang hilang.
Sejak  kecil Christopher Patrick Nelson, sudah memiliki perilaku dan emosi  yang labil. Pada usia 14 tahun, ia pernah dirawat di bangsal untuk  pasien yang mengalami gangguan kejiwaan, karena tingkah lakunya yang tak  terkontrol. Hingga usia dewasa, Nelson kerap mengalami depresi, tidak  punya gairah melakukan apapun, inginnya tidur terus, dan yang terburuk  merasa ingin mati saja. Beberapa kali Nelson melakukan percobaan bunuh  diri, dengan mengiris pergelangan tangganya.
Pertama,  ia didiagnosis menderita "paranoid-schizophrenia", sebuah istilah dalam  bidang psikiatrik ketika para ahli tidak bisa menentukan dengan pasti  problem yang diderita pasiennya. Kemudian, ia dinyatakan memiliki  perangai "Bipolar", perangai ganda yang ekstrim, yang saling bertolak  belakang. Sejak itu, Nelson berjuang menjalani kehidupannya yang kadang  mengalami perubahan suasana hati yang ekstrim.
Orang-orang  di lingkungan Nelson seringkali menyalahkan dirinya atas perilakunya  yang tidak dewasa, karena tidak mengerti problem kejiwaan yang  dialaminya. Kondisi ini menyulitkan Nelson dalam mendapatkan pekerjaan  dan membina hubungan dengan sesamanya. Ia pernah bekerja kurang dari  seminggu di sebuah restoran pizza. Nelson dipecat karena perilakunya  yang kurang sopan pada pelanggan.
"Depresi  itu seperti neraka. Rasa ini menyelinap dalam diri saya secara  diam-diam seperti hantu. Saya ingat, saya menatap ke sebuah benda,  misalnya sebuah meja tempat menyajikan kopi, tiba-tiba saya akan merasa  kebingunan dan merasa hidup ini tak berarti," tukas Nelson.
Untuk  menyembuhkan diri, Nelson mengikuti pengobatan yang disebutnya  pengobatan gaya barat, seperti meditasi dan terapi bagi para penderita  gangguan psikiatrik, di sebuah klinik di San Jose. Tapi ia merasa,  pengobatan macam itu hanya menolongnya sesaat, tidak menyembuhkannya.
Sampai  akhirnya, ia menemukan Islam bagi "penyakit"nya , tepat di depan sebuah  tempat perawatan gangguan kejiwaan. "Saya selalu merasa, di lubuk hati  saya, bahwa penyakit saya berhubungan dengan sesuatu dalam jiwa  saya--obat-obatan dan terapi--oleh sebab itu, tidak akan pernah bisa  menyembuhkannya," kata Nelson.
Dengan  memeluk Islam, ia mempelajari ajaran Islam yang menurutnya  mengajarkannya untuk membersihkan jiwa dari berbagai penyakit hati.  "Islam memberi saya rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri," ujarnya.
"Saya  merasakan, membaca doa tertentu pada Allah sangat membantu, untuk  melindungi diri saya dari gangguan setan yang bisa menjerumuskan saya.  Sikap disiplin dan berdoa membantu saya untuk mengendalikan emosi dan  saya yang labil ..."
"Ketika  rasa gelisah dan depresi itu menerpa, saya merasa dikelilingi oleh  puluhan polisi, yang melempari saya dan mencaci maki saya. Saya pun  berdoa, mendengarkan dan meyakini kata-kata yang saya ucapkan dalam doa  saya. Seketika jiwa saya kembali tenang dan merasakan kedamaian,"  sambung Nelson.
Ia  mengakui, untuk ketenangan jiwa, tidak cukup hanya doa tapi juga  dipengaruhi oleh apa yang ia makan dan dengan siapa seseorang berkumpul.  Menurut Nelson, berkumpul dengan sesama saudara seiman di masjid,  banyak membantunya untuk menenangkan jiwa.
"Mengalami  gangguan kejiwaan adalah sebuah perjuangan seumur hidup. Tapi setelah  masuk Islam, saya merasakan akhirnya bisa mengendalikan diri saya. Islam  mengajarkan saya untuk memurnikan hati dan jiwa saya," tandas Nelson.  (kw/PNS)
| SUMBER: | 
 
 

 


 
 
 
